Buku Panduan Modernisasi Produksi UMKM Lewat Sentuhan Mahasiswa KKN Kampus Merah Putih Surabaya

Selasa,17 Juni 2025 - 14:53:39 WIB
Dibaca: 30 kali

Dalam upaya meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi olahan pisang, buku panduan ini disusun sebagai solusi praktis dan edukatif bagi pelaku UMKM serta masyarakat umum. Dengan memadukan aspek teknologi tepat guna dan penyuluhan informasi nilai gizi, panduan ini tidak hanya bertujuan mempercepat proses produksi, namun juga mendorong kesadaran akan pentingnya makanan sehat dan bergizi. Melalui penyusunan buku ini, tim mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Non Reguler 1 Sub Kelompok 2 di Desa Candinegoro menyampaikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan UMKM lokal, khususnya dalam hal produktivitas, higienitas, dan standarisasi mutu pangan.

Mesin pemotong pisang yang dibahas mahasiswa KKN Non Reguler 1 Sub Kelompok 2 dalam buku yang berjudul “Penggunaan dan Perawatan Mesin Pemotong Pisang & Informasi Nilai Gizi” ini merupakan alat mekanik sederhana namun sangat bermanfaat dalam mempercepat proses pemotongan pisang secara merata dan seragam. Dalam proses produksi olahan seperti keripik pisang, ketepatan ukuran potongan memiliki peran penting dalam menentukan kualitas akhir produk. Potongan yang tidak seragam dapat menyebabkan ketidakseimbangan saat proses penggorengan, sehingga memengaruhi rasa dan tampilan produk. Mesin ini mampu menghasilkan irisan pisang dalam bentuk dan ketebalan yang konsisten, yang secara tidak langsung juga mendukung efisiensi tenaga kerja dan pengurangan limbah produksi.

Dari sisi teknis, mesin ini terdiri dari beberapa bagian utama yang masing-masing memiliki fungsi vital. Komponen seperti corong pemasukan, tombol ON/OFF, motor penggerak, pisau pemotong, dan rangka mesin, semuanya dirancang agar mudah digunakan dan dirawat oleh pelaku usaha yakni UMKM keripik pisang SAKA BUMI. Mesin ini menggunakan bahan stainless steel food grade yang menjamin keamanan pangan, dengan kapasitas pemotongan sekitar 100 kilogram per jam dan daya listrik yang cukup hemat, yaitu 125 hingga 200 watt. Pisau pemotong yang digunakan pun merupakan jenis cutter kenko modiv, yang dikenal tajam, tahan karat, dan memiliki panjang sekitar 8,2 cm.

Manfaat dari penggunaan mesin ini sangat beragam. Pertama, waktu produksi dapat dipangkas secara signifikan dibandingkan pemotongan manual. Kedua, hasil potongan lebih rapi dan menarik, yang dapat meningkatkan nilai jual produk. Ketiga, risiko kegagalan potong yang biasanya menghasilkan limbah dapat dikurangi. Keempat, mesin ini juga mempermudah standarisasi ukuran untuk keperluan pengemasan, yang krusial dalam menjangkau pasar modern atau ekspor. Dan yang tak kalah penting, penggunaan mesin secara otomatis membantu menjaga mutu dan kebersihan produk dari awal hingga akhir.

Namun, penggunaan mesin ini juga memerlukan pengetahuan mengenai cara pengoperasian dan perawatannya. Dalam panduan ini dijelaskan bahwa sebelum menggunakan mesin, pastikan mesin telah tersambung ke stop kontak, lalu masukkan pisang satu per satu melalui corong pemasukan. Hasil irisan akan keluar dan dapat ditampung dalam wadah yang disiapkan. Setelah selesai, mesin dapat dimatikan dengan menekan tombol OFF. Meskipun terlihat sederhana, proses ini perlu dilakukan secara hati-hati untuk menjaga keselamatan dan keawetan alat.

Perawatan dan pembersihan menjadi aspek penting yang sering diabaikan oleh pengguna. Padahal, kebersihan mesin secara langsung berdampak pada performa alat dan kualitas produk. Pembersihan mesin setelah digunakan tidak hanya membantu menjaga mesin tetap ringan dan bebas dari residu pisang, tetapi juga mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat membahayakan konsumen. Komponen seperti pisau dan motor penggerak sangat rentan terhadap karat, terutama bila sisa bahan dibiarkan menempel. Oleh karena itu, pembersihan menyeluruh, pelumasan bagian bergerak, serta pemeriksaan kabel dan dinamo harus dilakukan secara rutin.

Panduan ini juga menyusun jadwal perawatan berkala untuk membantu pelaku usaha menjaga performa mesin secara optimal. Misalnya, membersihkan sisa pisang dan pisau dilakukan setiap selesai digunakan, sementara pengecekan baut dilakukan seminggu sekali. Pembersihan dynamo dilakukan dua minggu sekali, dan pelumasan dilakukan setiap bulan. Pemeriksaan menyeluruh disarankan dilakukan setiap tiga bulan. Langkah-langkah teknis seperti pembongkaran, pencucian, pengeringan, hingga pelapisan ulang mesin menjadi rutinitas yang harus dibiasakan demi masa pakai alat yang panjang.

Tidak hanya membahas aspek teknis, buku ini juga memuat bab khusus mengenai informasi nilai gizi. Aspek ini sering terabaikan oleh banyaknya pelaku UMKM, padahal sangat penting dalam memenuhi tuntutan pasar modern yang kini semakin selektif dan sadar akan pentingnya gizi dalam produk makanan. Informasi nilai gizi yang tertera pada kemasan mampu meningkatkan kredibilitas produk, membangun kepercayaan konsumen, serta membuka peluang untuk menembus pasar retail besar, bahkan ekspor.

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa informasi nilai gizi harus mencantumkan komponen seperti energi total (kkal), kandungan lemak total, lemak jenuh, lemak trans, protein, karbohidrat total, gula, dan natrium. Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per porsi juga harus ditampilkan untuk membantu konsumen memahami seberapa besar kontribusi produk tersebut terhadap kebutuhan harian mereka. Standar ini merujuk pada pedoman dari BPOM dan Codex Alimentarius yang berlaku secara internasional. Untuk memperoleh informasi gizi yang akurat, Bu endang selaku owner UMKM keripik pisang SAKA BUMI dapat memilih dua metode: uji laboratorium atau perhitungan berdasarkan komposisi bahan. Dalam uji laboratorium, pelaku usaha harus mendaftarkan produknya melalui situs laboratorium pangan resmi, kemudian mengirimkan sampel untuk dianalisis. Hasil uji biasanya keluar dalam waktu 14 hari kerja. Sebagai contoh perhitungan manual, 100 gram pisang diketahui mengandung sekitar 22,8 gram karbohidrat, 1,1 gram protein, dan 0,3 gram lemak. Data ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun label gizi sederhana untuk produk olahan seperti keripik. Format penulisan informasi gizi juga memiliki standar tersendiri agar mudah dipahami dan seragam. Misalnya, dalam label untuk 30 gram keripik pisang, harus dicantumkan energi total (misalnya 120 kkal), lemak total (4 g), lemak jenuh (1 g), protein (1 g), karbohidrat total (20 g), gula (8 g), dan natrium (50 mg). Semua satuan harus konsisten dan diletakkan dalam bentuk tabel yang rapi di bagian belakang kemasan.

Secara keseluruhan, buku panduan yang berjudul “Penggunaan dan Perawatan Mesin Pemotong Pisang & Informasi Nilai Gizi” dirancang tidak hanya sebagai instruksi teknis semata, tetapi juga sebagai media edukasi untuk membentuk budaya produksi pangan yang lebih bertanggung jawab, higienis, dan adaptif terhadap tuntutan zaman. Penyusunan buku ini merupakan wujud nyata kontribusi mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dalam memberdayakan UMKM lokal, khususnya di Desa Candinegoro. Dengan adanya panduan ini, diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan mesin pemotong pisang secara maksimal dan memahami pentingnya nilai gizi sebagai bagian dari kualitas produk. Melalui penerapan isi buku panduan ini, Bu endang selaku owner UMKM keripik pisang SAKA BUMI di desa Candinegoro dapat meningkatkan daya saing usaha mereka, memenuhi regulasi keamanan pangan, dan memberikan produk yang tidak hanya lezat namun juga menyehatkan. Ini adalah langkah kecil namun bermakna menuju ketahanan pangan berbasis lokal yang berkualitas dan berkelanjutan.

Link Buku: https://drive.google.com/file/d/13vOXNPMklhVTiunYfrFGDiaRfvBBQBnL/view 


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya